Prosesi arak-arakan dalam rangkaian perayaan Waisak 2024 memiliki makna yang dalam bagi umat Buddha. Seperti yang terlihat pada hari ini, dengan berjalan kaki ribuan umat Buddha mengikuti arak-arakan dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur sejauh 3 kilometer.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi menyampaikan bahwa pawai atau arak-arakan yang berlangsung di Borobudur bukan sekadar giat yang melalahkan fisik, tapi juga cermin keteguhan iman.
“Pawai atau arak-arakan ini bukan hanya sekedar melelahkan fisik. Tapi dapat meneguhkan batin umat dalam menjalankan ajaran Buddha,” kata Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, di Magelang, Kamis, 23 Mei 2024, seperti dilansir dari laman Kemenag.
Baca Juga: Libur Waisak 2024, Sekitar 60.385 Orang Diprediksi Padati Candi Borobudur
Prosesi arak-arakan, kata Supriyadi adalah suatu tahapan yang dilalui oleh setiap orang yang mengikuti ritual dalam prosesi perayaan Tri Suci Waisak 2024.
“Umat Buddha harus mempersiapkan diri dengan menentukan dan menetapkan batinnya, dengan penuh kesadaran bahwa setiap langkah dalam kehidupan harus dipersiapkan dengan baik,” ujar Supriyadi melanjutkan.
Ajaran luhur dalam ajaran Buddha, kata dia, utamanya dalam hatinya membacakan doa-doa yang ada dalam Paritta.
Baca Juga: Kota Solo Jadi Tuan Rumah Piala AFF U-16 Bulan Depan, Pemkot: Belum Ada Anggaran
“Persiapkan batin dengan baik, proses perjalan ini sepenuh hati,” kata dia.
Supriyadi juga menjelaskan bahwa pawai arak-arakan ini menjadi bagian sebagai ungkapan persembahan yang mengandung lambang kebaikan dalam kehidupan.
“Persembahan-persembahan tersebut bisa menerangkan bahwa kehidupan itu tidak kekal, seperti bunga melambangkan ketidakkekalan. Api melambangkan penerangan dalam kehidupan,” ujarnya.
Baca Juga: Puncak Waisak 2024 di Candi Borobudur, 866 Personel Keamanan Diturunkan
Begitu mjuga, kata dia melanjutkan, dupa elambangkan keharuman, bijaksana bermanfaat bagi sesama.
?Dalam hidup yang keluar adalah harum kebajikan,” kata Supriyadi.
Ada juga persembahan lainnya, seperti air sebagai lambang ketenangan, dan kebijaksanaan.
“Buah-buahan sebagai lambang kehidupan yang harus diraih. Hidup harus berkecukupan, tidak harus kaya, tapi cukup terpenuhi kebutuhannya,” ujar dia.