Sementara itu, Warno menambahkan, menurut cerita dari kakeknya, pohon randu alas itu sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pohon itu tumbuh di lahan milik almarhum Mustar, kakeknya Warno.
“Sejak zaman Belanda sudah ada. Bapak saya juga ngendika (bilang) kalau waktu bapak saya kecil, pohon itu sudah besar. Tahun 2016 itu kami iseng ngukur ada 18,6 meter keliling bawahnya,” kata Warno.
“Terus ada yang ngukur lagi, ada 21,5 meter (diameter batang bawahnya pada tahun 2022). Pastinya (ukuran) saya nggak ngikuti,” imbuhnya.
Warno menceritakan, pohon randu alas itu pernah ditawar seseorang, kayunya akan dipakai buat membakar batu bata. Namun, Warno tak mengizinkan itu dengan alasan pohon itu berguna untuk menjaga cadangan air tanah.
Baca Juga: Aplikasi Viat Bantu Promosikan Potensi Banyumas
Pohon randu alas ini juga menjadi salah satu daya tarik di Desa Kebonrejo. Tiap Lebaran, banyak sanak famili dari luar daerah yang berfoto di dekat pohon itu.